Monday, August 12, 2013


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Rasa keingin tahuan manusia yang sangat besar menjadi sebab utama lahirnya ilmu pengetahuan beserta perkembangannya. Rasa ingin tahu tersebut timbul dari fenomena alam atau dalam dirinya  sendiri.
Sehingga para ilmuwan merumuskan banyak teori maupun metode berpikir, supaya meluaskan pemikiran umat manusia dalam menjawab keingin tahuan mereka. Dalam makalah ini pemakalah akan membahas tentang teori revolusi sains dan metodologi program riset, dimana kedua teori ini sangat sangat berhubungan.
Thomas S Kuhn adalah tokoh dari teori revolusi sains, apa yang disebut dengan filsafat ilmu baru ini dimulai dengan terbitnya karya Kuhn The Structure of Scientific Revolutions. Tulisan ini mempunyai arti penting dalam perkembangan filsafat ilmu, tidak saja karena keberhasilannya membentuk dan mengembangkan wacana intelektual baru dalam filsafat ilmu. Terlepas dari keterkaitannya dengan sains-sains Dalam hal apa dan bagaimana karya Kuhn memberi pencerahan intelektual, secara natural dan sains-sains behavioral, wilayah disiplin keilmuan tersebut yang dikembangkan gagasannya oleh Kuhn.[1]
Metodoloi proram riset lahir untuk menanggapi teori Kuhn dan Popper dalam teori Falsifikasinya, Imre Lakatos sebagai tokoh dari teori metodologi program riset ini mencoba mengambil jalan tengah diantara teori Kuhn dan Popper.

B.     Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis merumuskan dua rumusan pokok inti dalam pembahasan makalah.
1.      Apakah yang dimaksud dengan Revolusi Sains dan siapakah tokohnya?
2.      Apakah yang dimaksud dengan Metodologi Progam Riset dan siapakah tokohnya?



C.    Tujuan
Supaya menjadi informasi tentang revolusi sains dengan tokohnya Thomas S Kuhn dan metodologi program riset dengan tokohnya Imre Lakatos dalam filsafat ilmu, karena keduanya merupakan proses dalam perkembangan filsafat khususnya dalam perkembangan ilmu pengetahuan.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    REVOLUSI SAINS
1.      Biografi Thomas Kuhn
Sebelum kita mempelajari pemikiran seseorang atau suatu tokoh, alangkah baiknya jika kita mengetahui latar belakang atau biografi kehidupannya agar kita dapat melihat kondisi atau keadaan sosio-cultural pada saat tokoh tersebut hidup dan mengemukakan teorinya serta mengembangkan teorinya.
Tokoh filsuf ini mempunyai nama lengkap Thomas Samuel Kuhn, dia lahir pada tanggal 18 Juli 1922 di Cincinnati, Ohio, Amerika, putera dari Samuel L Kuhn, ayahnya adalah seorang Insinyur industry dan mantan Annette StroockKuhn mempunyai isteri yang bernama Jehane R Kuhn, dari pernikahannya dengan Jehane ia dikaruniai dua orang puteri yang bernama Sarah Kuhn di Framingham, Massachussets, dan Elizabeth Kuhn di Los Angeles, serta seorang putera yang bernama Nathaniel S Kuhn di Alington, Massachussets. Sebenarnya sebelum Kuhn menikah dengan Jehane, ia pernah menikah dengan seorang wanita yang bernama Kathryn Muhs di Princeton, New Jersey. Thomas Kuhn adalah seorang filosof ilmu pengetahuan, yang pada mulanya ia adalah seorang mahasiswa yang kuliah pada bidang ilmu fisika teoritik sebelum konsentrasi pada sejarah ilmu pengetahuan di Universitas Hardvard.
Pada tahun 1943 ia mendapat gelar Sarjana MudaGelar Master ia dapatkan pada tahun 1946.Kemudian pada tahun 1949 Kuhn menerima gelar Ph.D, dalam satu bidang dan satu Universitas yaitu bidang fisika dari Hardvard University dan di sana ia diangkat sebagai Asisten Professor di bidang Pendidikan Umum dan Sejarah Ilmu.
Pada tahun 1954 Kuhn mendapat gelar Guggenheim Fellow. Pada tahun 1956 ia menjadi Dosen di University of California, Barkeley. Kemudian pada tahun 1961 ia menjadi Professor penuh dalam bidang sejarah ilmu, dan pada tahun 1964 mendapat gelar Professor dalam bidang filsafat dan sejarah ilmu di Universitas Princeton dalam bidang filsafat di MIT.
Pada tahun 1979 ia kembali ke Boston, dan saat itu pula ia diangkat sebagai Professor Filsafat dan Sejarah Ilmu di Massachussets Institute of Technology. Pada tahun 1982 Kuhn mendapat penghargaan George Sarton Medal di bidang Sejarah Ilmu, dan mendapat gelar Honorary dari beberapa Institut, seperti Columbia University, dan beberapa universitas lain seperti Notre Dame, Chicago, Padua, Athena, dan lain sebagainya. Kemudian pada tahun 1983 Kuhn kembali dikukuhkan sebagai Professor. Dia diangkat sebagai pemegang rekor pertama dalam bidang filsafat dan sejarah ilmu, dan pada tahun 1991 dan pensiun dengan tetap memegang predikat Professor Emeritus.
Pada tahun 1994 dia mewawancarai Niels Bohr sang fisikawan sebelum fisikawan itu meninggal dunia. Pada tahun 1994, Kuhn didiagnostik dengan kanker dari Bronchial Tubes. Dia meninggal pada tahun 1996 di rumahnya di Cambridge Massachusetts. Dia menikah dua kali dan memiliki tiga anak. Kuhn mendapat banyak penghargaan di bidang akademik. Sebagai contohnya dia memegang posisi sebagai Lowel Lecturer pada tahun 1951, Guggeheim fellow dari 1954 hingga 1955, Dan masih banyak penghargaan lain.
Karya Kuhn cukup banyak, namun yang paling terkenal dan mendapat banyak sambutan dari filsuf ilmu dan ilmuwan adalah The Structure of Scientific Revolution, sebuah buku yang terbit pada tahun 1962, dan direkomendasikan sebagai bahan bacaan dalam kursus dan pengajaran berhubungan dengan pendidikan, sejarah, psikologi, riset dan sejarah serta filsafat sains.
2.    Proses Revolusi Sains
Revolusi sains dapat dianggap sebagai episode perkembangan non-komulatif yang di dalamnya paradigma yang lama diganti seluruhnya atau sebagian oleh paradigma baru yang bertentangan. Paradigma baru ini lebih memungkinkan menyelesaikan anomali-anomali dari paradigma lama. Pada proses revolusi sains ini, hampir seluruh kosa kata, istilah-istilah, konsep-konsep, idiom-idiom, cara penyelesaian persolan, cara berfikir, cara mendekati persoalan berubah dengan sendirinya. Tentu perangkat lama yang mungkin masih relevan untuk difungsikan tetap tidak dikesempingkan. Tetapi, jika cara pemecahan persoalan model lama memang sama sekali tidak dapat digunakan untuk memecahkan persoalan yang datang kemudian, maka secara otomatis dibutuhkan seperangkat cara, rumusan dan wawasan yang sama sekali baru untuk memecahkan persoalan-persoalan yang baru , yang timbul akibat kemajuan ilmu dan tekhnologi, yang berakibat pula pada perluasan wawasan dan pengalaman manusia itu sendiri. Seperti contoh ketika geosentris berubah kepada heliosentris, dari flogiston kepada oksigen, ini merupakan sebuah tranfromasi konseptual.[2]
Ia menggambarkan bermulanya revolusi sains secara jelas: “Sains normal…sering menindas fundamental baru karena mereka pasti bersifat subversif terhadap komitmen dasarnya…(namun) ketika profesi tak bisa lagi mengelak dari anomali-anomali yang merongrong tradisi praktek ilmiah yang sudah ada…”,[3] maka dimulailah investigasi yang berada di luar kelaziman. Suatu titik tercapai ketika krisis hanya bisa dipecahkan secara revolusi di mana paradigma lama memberikan jalan bagi perumusan paradigma baru. Demikianlah “sains revolusioner” mengambil alih. Namun apa yang sebelumnya pernah mengalami revolusioner itu juga dengan sendirinya akan mapan dan menjadi ortodoksi baru, dalam arti sains normal yang baru. Jadi menurut Kuhn, ilmu berkembang melalui siklus-siklus: sains normal diikuti oleh revolusi yang diikuti lagi oleh sains normal dan kemudian diikuti lagi oleh revolusi.[4] Dan yang terpenting menurutnya adalah mengkrontruksi paradigma ilmuwan lebih pening dibandingkan metodologi.
Ø  Contoh Revolusi Sains
Untuk memperjelas gambaran bagaimana proses revolusi sains atau dengan istilah lain benturan paradigma secara ril  berkembang dalam teori dan disiplin ilmu, seperti teori Newton.
Dalam masalah gravitasi misalkan, yang diinterpretasikan sebagai tarikan yang merupakan bawaan di antara setiap pasang partikel, adalah sifat ghaib dalam arti yang sama dengan “kecenderungan untuk jatuh” dari aliran scolastik sebelumnya. Oleh sebab itu, sementara standar-standar korpuskularisme tetap berlaku, pencarian penjelasan mekanis dari gravitasi merupakan salah satu masalah yang paling menantang bagi penerima Principia sebagai paradigma. Newton mencurahkan banyak perhatian kepadanya, demikian juga banyak penerusnya dari abag ke-18. Satu-satunya pilihan yang tampak adalah menolak teori newton karena tidak berhasil menerangkan gravitasi, dan alternatif ini pun diterima secara luas. Namun, kedua padangan ini tidak ada yang menang. Karena tidak dapat mempraktikkan sains tanpa Principia  maupun memberlakukannya sesuai dengan standar standar kospuskular dari abad ke-17, para ilmuan lamban laun menerima pandangan gravitasi itu. Pada sekitar pertengahan abad ke-18 interpretasi itu telah diterima secara hampir universal, dan hasilnya adalah pengembalian yang tulus kepada standar skolastik. Tarikan dan tolakan bawaan bergabung dengan ukuran, bentuk, posisi, dan gerakan sebagai sifat-sifat primer materi yang secara fisikal tidak dapat direduksi.[5]
Pandangan bahwa adanya anomali dalam teori gravitasi newton ternyata tidak semestinya mampu dibuktikan dengan paradigm baru, akhirnya proses revolusi sains yaitu mengikuti teori lama. Maka, sebenarnya tidak mudah membentuk sebuah konsep dan teori baru ketika ditemukan adanya penyimpangan dalam teori lama. Gambaran di atas menandakan revolusi memang membutuhkan kesiapan konsep, teori, dan hipotesis ilmiah yang jelas sehingga revolusi sains dapat diraih.
Adapun contoh dalam bidang ilmu-ilmu sosial di antaranya tentang : The Keynesian Revolution yang biasanya dipandang sebagai pergeseran besar dalam makro-ekonomi. Menurut John Kenneth Galbraith mengatakan, Hukum didominasi pemikiran ekonomi sebelum Keynes selama lebih dari satu abad, dan peralihan ke Keynesianisme sangat sulit. Ekonom yang bertentangan dengan hukum, yang disimpulkan bahwa setengah pengangguran dan kurangnya investasi (ditambah dengan oversaving) adalah tidak mungkin, beresiko kehilangan karir mereka. Dalam magnum opus, Keynes dikutip salah seorang pendahulunya, JA Hobson, yang berulang-ulang menyangkal posisi di universitas untuk teori sesat. Monetarists berpendapat bahwa kebijakan fiskal tidak penting bagi stabilisasi ekonomi, berbeda dengan pandangan Keynes bahwa baik kebijakan fiskal dan moneter merupakan yang penting.
Beberapa contoh tersebut memperlihatkan bagaimana proses pergeseran paradigm atau revolusi sains itu terjadi. Hal ini tidak bisa dielakkan dalam wacana ilmu pengetahuan. Teori yang mampu memberikan solusi terbaik dalam melihat setiap keganjalan akan menjadi teori yang diunggulkan.

B.     METODOLOGI PROGAM RISET
1.      Biografi Imre Lakatos
Imre Lakatos lahir di hungaria pada tanggal 9 Nopember 1922. Menyelesaikan studi diUniversity of Debrecen pada bidang matimatika, Fisika, dan filsafat. Karirnya diawali dengan jabatan Mentri Pendidikan, namum pemikirannya dipandang menyebabkan kekacauan politik sehingga pada tahun 1950 dipenjara selama tiga tahun, kemudian beliau menerjemah buku-buku matematika kedalam bahas hungaria.[6]
Karena pada tahun 1956 terjadi revolusi , Imre Lakatos lari ke Wina yang akhirnya sampai ke London. Di London inilah kemudian Imre Lakatos melanjutkan studi di Cambridge University dan memperoleh gelar doktor setelah mempertahankan desertasinya: Proofs and Refutations: The Logic Of Matematical Discovery (karya yang membahas pendekatan terhadap beberapa metodologi matematika sebagai logika penelitian).
Setelah diangkat memnjadi pengajar di London School of Economic, dia sering terlibat diskusi dengan Popper, Feyerband, dan Khun untuk membantu memantapkan gagasan tentang Metodology of Scientific Research Programms, sehingga pada tahun 1965, Imre Lakatos mengandakan suatu simposium yang mempertemukan gagasan Khun dan Popper.
Pada tahun 1968 Imre Lakatos menerbitkan karyanya yang berjudul: Criticism and The Metodology of Scientific Research Programms, sebagai evaluasi atas prinsip falsifikasi dan upaya perbaikan atas kelemahan dan kekuranganya. Imre Lakatos meninggal pada tanggal 2 Februari 1974 di London sebelum menyelesaikan Karyanya yang berjudul: The Changing Logic Of Scientific Discovery sebagai pembaharuan dari karya Popper: The Logic Of Scientific Discovery.
2.      Konsep Progam Riset Imre Lakatos
Sebagaimana yang telah disinggung diatas bahwasanya Imre Lakatos mengambil jalan tengah atas pemikiran Khun dan Popper. Lakatos ingin mengembangkan dan mengkritik atas kekurangan dari pemikiran Popper dan menghasilkan metode baru yang selanjutnya di sebut Program Riset.[7]
Pemikiran Thomas Kuhn dalam Scientific Revolution nampaknya menimbulkan kegoncangan dalam filsafat ilmu. Ilmu yang dahulu dianggap pasti dengan metodenya sekarang menjadi goyah dengan pemaparan Kuhn yang membawa kepada skeptisisme. Salah satunya adalah Imre Lakatos, Imre Lakatos adalah seorang filsuf Hungaria, yang hidup pada tahun 1922-1974.
Imre Lakatos lebih tertarik dengan menengahi antara perubahan paradigma Kuhn dan falsifikasi Popper. Pemikiran Lakatos berkaitan dengan struktur teori. Pemikiran ini berpendapat bahwa dalam sebuah teori terdapat sebuah inti teori yang tidak bisa dibandingkan satu sama lain. Ini disebut dasar dari dasar (Hardcore) dari sebuah ilmu, dan ini tidak bisa difalsifikasi. Paradigmanya menggunakan istilah Program penelitan (program researc). Pemikiran Lakatos cukup rumit sehingga lebih baik difokuskan untuk memahami bagaimana Lakatos memecahkan problema batas-batas.
Menurut Lakatos perbedaan antara sains dan pseudosains adalah bahwa sebuah sains adalah sains bahwa sains bisa menciptakan peramalan-peramalan terhadap fenomena baru. Pseudosains tidak menciptakan peramalan-peramalan baru dan karena itu gagal disebut sains.  Sebuah sains mampu menciptakan peramalan-peramalan terhadap fakta-fakta, entah ditemukan atau tidak. Sebuah program penelitian disebut progresif ketika dia membuat ramalan-ramalan mengejutkan yang dikonfirmasi dan degeneratif ketika ramalannya tidak akurat atau hanya memoles teori agar sesuai dengan fakta.
Lakatos menyebutkan Pseudosains contoh-contohnya adalah astronomi Ptolemy, kosmogony planetari cosmogony, psychoanalysis Freud, Marxisme abad ke duapuluh, Biology Lysenko, Quantum mekanik Bohr sebelum 1924, astrologi, psychiatry, sosiologi dan ekonomi neo-klasik.
Dalam Program Riset ini terdapat aturan-aturan metodologi yang disebut “Heuristik”, yaitu kerangka kerja konseptual sebagai kosekuensi dari bahasa. Heuristik adalah suatu keharusan untuk melakukan penemuan-penemuan lewat penalaran induktif dan percobaan-percobaan sekaligus menghadirkan kesalahan dalam memecahkikan masalah.

3.      Elemen-Elemen Penting dalam Progam Riset
Menurut Imre Lakatos terdapat tiga elemen yang masing mempunyai fungsi yang berbeda dan harus diketahui dalam kaitanya dengan Program Riset, yaitu:
1)      Inti Pokok (Hard-core)
Asumsi dasar yang menjadi ciri dari program riset ilmiah yang melandasinya, yang tidak dapat ditolak atau dimodifikasi. Inti pokok ini dilindungi oloeh falsifikasi. Dalam aturan metodologis inti pokok disebut sebagai “heuristik negatif” maksudnya inti pokok yang menjadi dasar diatas elemen yang lain karena sifatnya menentukan dari suatu program riset dan menjadi nhepotese teoritis yang bersifat umum dan sebagai dasar bagi pengembangan program pengembangan.
2)      Lingkaran Pelindung (Protective-belt)
Yang terdiri dari hepotesa-hipotesa bantu (auxiliary hypothese) dalam kondisi-kondisi awal. Dalam mengartikulasi lingkaran pelindung, lingkaran pelindung ini harus menahan berbagai serangan, pengujian dan memperoleh penyesuaian, bahkan perubahan dan pengertian, demi mempertahankan hard-core. Dalam aturan metodologis lingklaran pelindung ini disebut “heuristik positif” maksudnya untuk menunjukkan bagaimana inti pokok program riset dilengkapi agar dapat menerangkan dan meramalakan fenomena-fenomena yang nyata. Heuristik positif terdiri dari saran atau isyarat tentang bagaimana mengembangkan vaian-varian yang komplek, bagaimana memodifikasi dan meningkatkan lingkaran pelindung yang fleksibel.
3)    Serangkaian Teori (a series theory)
Keterkaitan teori dimana teori yang berikutnya merupakan akibat dari klausal bantu yang ditambah dari teori sebelumnya. Menurut Imre Lakotos, yang harus dinilai sebagai ilmiyah atau tidak ilmiah bukanlah teori tunggal, melainkan rangkaian teori baru.
Yang terpenting dalam serangkaian teori adalah ditandai oleh kontinuitas yang pasti. Kontinuitas berangkat dari program riset yang murni. Keilmiahan sebuah program riset dinilai dari dua syarat, yaitu: Harus memenuhi derajat koherensi yang mengandung perencanaan yang pasti untuk program riset selanjutnya dan harus dapat menghasilkan penemuan baru.
Dalam struktur program riset ini diharapkan bisa menghasilkan suatu keilmuan baru yang rasional. Keberhasilan dari suatu program riset ini dilihat dari terjadinya perubahan problem yang progresif dan sebaliknya dikatakan gagal dalam program riset ini adalah jika hanya menghasilkan problem yang justru merosot atau degeneratif.
Penemuan baru bukanlah peristiwa-peristiwa yang tersaing, melainkan episode-episode yang diperluas dengan struktur yang berulang secara teratur. Penemuan diawali dengan kesadaran akan adanya anomali. Kemudian riset berlanjut dengan eksplorasi yang sedikit banyak diperluas pada wilayah anomali. Dan riset tersebut hanya akan berakhir bila teori atau paradigma itu telah disesuaikan sehingga yang menyimpang menjadi sesuai dengan yang diharapkan. Jadi yang jelas, dalam penemuan baru harus ada penyesuaian antara fakta dengan teori yang baru.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Revolusi sains yang digagas oleh Thomas Kuhn lebih menekankan pada proses tranformasi paradigma yang lama menuju paradigma yang baru yang lebih mendatangkan sebuah alternatif. Proses-proses yang ia gambarkan dalam perkembangan sains merupakan siklus bagaimana sains normal ternyata mendominasi dari seluruh persoalan sains hingga saat ini, dan paradigma di sini dimainkan oleh kalangan ilmuan yang mendominasi paradigma. Seperti ia sampaikan dalam pembahasan di atas, bahwa umumnya para ilmuan tidak peduli dengan paradigma lain yang berkembang, yang diutamakan adalah bagaimana teori-teori dan konsep mampu diterapkan, jika ditemukan keganjalan mereka cenderung sulit menemukan pemecahan. Makanya disini perlunya sebuah solusi untuk menyelesaikannya dengan menerapkan revolusi sains.
Sedangkan Menurut Lakatos, bukan teori tunggal yang harus dinilai sebagai ilmiah atau tidak ilmiah, tetapi rangkaian teori-teori. Rangkaian teori-teori ini dihubungkan oleh suatu kontinuitas yang menyatukan teori-teori tersebut menjadi program-program riset. Dalam program riset ada aturan-aturan metodologis yang dibedakan menjadi: (1) yang memberitahu cara atau jalan mana yang harus dihindari (heuristik negatif); dan (2) cara atau jalan mana yang harus dijalankan (heuristik positif). Heuristik positif = inti program yang dilindungi dari upaya falsifikasi. Lapisan pelindungnya adalah hipotesa pendukung, kondisi-kondisi awal.
Dalam penelitian, yang pada akhirnya menang adalah program riset yang mampu mengembangkan isi empiris lebih besar dan derajat koroborasi (confirmation/support by further evidence) empiris yang lebih tinggi.
Berusaha mendamaikan pemikiran Popper dan Kuhn mengenai perkembangan ilmu pengetahuan. Bagi Popper, melalui falsifikasi, ilmuwan akan berhenti mengacu atau membandingkan teori keilmuan tertentu dengan fakta-fakta. Teori keilmuan harus segera ditinggalkan jika ilmuwan menemukan adanya falsifying evidence.



B.     Saran
Semoga dapat menjadi motivasi belajar pembaca, mengingat perjuangan para ilmuwan dalam mencetuskan teori-teori ilmu pengetahuan. Dan dapat menjadi pemacu dalam pentingnya luas dalam berfikir, sehingga dapat melahirkan hal-hal baru yang bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan.


[1] Drs. M.Si. Ahmad Beni Saebani, Filsafat Ilmu(Komtemplasi Filosofis Tentang Seluk Beluk Sumber dan Tujuan Ilmu Pengetahuan), Bandung:Pustaka Setia,2009. hal.174.
[2] Thomas Kuhn, Peran Pradigma dalam Revolusi`` Sains, terj. dari The Structure of Scientific Revolutions(Bandung : CV. Remaja Karya, 1993),  hal. 101.
[3] Ibid, hal.5-6.
[4] Muhammad Muslih, Filsafat Ilmu: Kajian atas Asumsi dasar Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Belukar, 2008),  hal 133.
[5] Thomas Kuhn, Peran Pradigma.., hal. 105.
[6] Muhammad Muslih, Filsafat Ilmu…, hal. 120.

[7] Dr. Waryani Fajar riyanto, S. H.I. M. Ag, Filsafat Ilmu Topik-topik Epistimologi. (Yoyakarta, Integrasi Interkoneksi Prees, 2011), hal. 455.

No comments:

Post a Comment